Translete This Blog :

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sabtu, 21 Mei 2011

MODEL-MODEL KOMUNIKASI

                                                Oleh : AHMAD DIMYATI



A.     PENDAHULUAN
1.      Pengantar Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.  Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, komunikasi transaktif, komunikasi bertujuan, atau komunikasi tak bertujuan.
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.
Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”, topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio. televisi, telepon, satelit dan jaringan internet seiring dengan industrialisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri.
  1. Pengertian Model dalam Komunikasi
Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Model komunikasi tidak sama dengan fenomena komunikasi. Model adalah alat untuk menjelaskan atau untuk mempermudah penjelasan komunikasi.
Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Model disebut juga sebagai gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan perkataan lain, model adalah teori yang disederhanakan.
Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari fenomena yang dijadikan model.
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. mengatakan bahwa model membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan hubungan. Oleh karena hubungan antara model dengan teori begitu erat, model sering dicampuradukkan dengan teori.

3.  Fungsi dan Manfaat Model

Gordon Wiseman dan Larry Barker, mengemukakan bahwa model kamunikasi mempunyai tiga fungsi :
1.      Melukiskan proses komunikasi,
2.       Menunjukkan hubungan visual,
3.               Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.

Deutsch menyebutkan bahwa model itu mempunyai empat fungsi :
1.   Mengorganisasikan (kemiripan data dan hubungan) yang tadinya tidak teramati,
2.    Heuristik (menunjukkan fakta-fakta dan metode baru yang tidak diketahui),
3.      Prediktif, memungkinkan peramalan dari sekedar tipe ya atau tidak hingga kuantitatif yang berkenaan dengan kapan dan seberapa banyak,
4.   Pengukuran, mengukur fenomena yang diprediksi,

B.     MODEL-MODEL KOMUNIKASI YANG SEDERHANA

1.      Model Komunikasi Aristoteles
Aristoteles menerangkan tentang model komunikasi dalam bukunya Rhetorica, bahwa setiap komunikasi akan berjalan jika terdapat 3 unsur utama :
1.            Pembicara, yaitu orang yang menyampaikan pesan
2.            Apa yang akan dibicarakan (menyangkut Pesan nya itu sendiri)
3.            Penerima, orang yang menerima pesan tersebut.
Model ini adalah model komunikasi yang paling klasik, yang sering juga disebut model retoris. Model ini sering disebut sebagai seni berpidato. Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh siapa anda (etos-keterpercayaan anda), argumen anda (logos-logika dalam emosi khalayak). Dengan kata lain, faktor-faktor yang memainkan peran dalam menentukan efek persuatif suatu pidato meliputi isi pidato, susunannya, dan cara penyampainnya.
Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi dianggap sebagai fenomena yang statis.

2.      Model S - R (Model Stimulus Respons)

Model S - R adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya psikologi behavioralistik. Model ini menjelaskan komunikasi sebagai suatu proses "aksi-reaksi" yang sangat sederhana.
         Contoh model S - R adalah :
       = Seorang pria berekedip pada seorang wanita kemudian wanita itu tersipu malu. 
       = Si Ali tersenyum pada Rina, kemudian Rina membalas tersenyum pula.
              Jadi model S - R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan atau tulisan), isyarat nonverbal, gambar-gambar tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu.
              Oleh karena itu, kita dapat menganggap proses ini sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini bersifat timbal baik dan mempunyai banyak efek.
              Secara implisit, asumsi model S - R mengatakan bahwa perilaku manusia dapat diramalkan. Singkatnya, komunikasi dianggap statis yang menganggap bahwa manusia selalu berperilaku karena kekuatan dari luar/stimulus, bukan berdasarkan kehendak atau keinginan sendiri.
       Bagan model S - R adalah sebagai berikut:
       Stimulus Respons
              Model S - R ini sama dengan Model Jarum Suntik (Hypodermic Needle Model}. Model ini mengasumsikan media massa secara langsung, cepat, dan ampuh! powerful! atau mempunyai efek yang kuat atas audience/khalayak. Media massa diibaratkan sebagai sebuah jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) yang amat kuat dan menghasilkan tanggapan ( R ) yang kuat pula, bahkan secara otomatis, reflektif, dan mekanistis.
       Model S - R atau Jarum Suntik ini menggambarkan bahwa pesan-pesan media massa sampai kepada khalayak atau individu tanpa melalui perantara.

3.          Model Komunikasi Jarum Hipodermik (Hypodermic Needle Model)

              Istilah model jarum hipodermik dalam komunikasi massa diartikan sebagai media massa yang dapat menimbulkan efek yang kuat, langsung, dan terarah, dan segera. Efek yang segera dan langsung itu sejalan dengan pengertian Stimulus - Respon yang mulai dikenal sejak penelitian dalam psikologi tahun 1930-an.

       Menurut Elihu Katz, model ini berasumsi:
       1)    Media massa sangat ampuh dan mampu memasukkan ide-ide pada benak komunikan yang tak berdaya.
       2)    Khalayak yang tersebar diikat oleh media massa, tetapi di antara khalayak tidak saling berhubungan.
              Model jarum hipodermik ini menganggap komunikan bersifat pasif (tidak berdaya). Artinya komunikan menerima begitu saja pesan-pesan yang diberikan oleh media massa tanpa ada pertimbangan atau pemikiran terlebih dahulu. Ide-ide baru yang diterima dari media massa menimbulkan efek yang langsung, seperti obat yang dimasukkan ke dalam jarum suntik lalu ditanamkan kepada pasien/komunikan, sehingga dalam beberapa saat hasilnya sudah dapat dirasakan..
4.      Model Transaksional
Model komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund pada tahun 1970. Model ini menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi bersifat transaksional adalah proses kooperatif: pengirim dan penerima sama-sama bertanggungjawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. Model transaksional berasumsi bahwa saat kita terus-menerus mengirimkan dan menerima pesan, kita berurusan baik dengan elemen verbal dan nonverbal. Dengan kata lain, peserta komunikasi (komunikator) melalukan proses negosiasi makna.
Sebuah model komunikasi transaksional


  1. MODEL KOMUNIKASI YANG LEBIH KOMPLEKS

1.    Model Komunikasi Satu Tahap (One Step Flow of Communication)
                        Model komunikasi berikutnya adalah model komunikasi satu tahap. Model ini merupakan pengembangan dari model komunikasi jarum hipodermik. Karena itu, pesan yang disampaikan disalurkan melalui media massa langsung ditujukan kepada komunikan tanpa melalui perantara. Namun pesan tersebut tidak mencapai semua komunikan dan juga tidak menimbulkan efek yang sama pada setiap komunikan.

       Model komunikasi satu tahap ini mengakui bahwa :
       1)    Media tidak mempunyai kekuatan yang hebat
2)    Aspek pilihan dari penampilan, penerimaan, pemahaman dalam ingatan yang selektif mempengaruhi suatu pesan.
       3).   Untuk setiap komunikan terjadi efek yang berbeda.
         Selanjutnya model komunikasi satu tahap memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada saluran komunikasi massa untuk memancarkan efek komunikasi secara langsung.
Model komunikasi satu tahap (One step flow model)  menyatakan bahwa informasi mengalir langsung berpengaruh pada audiensnya tanpa membutuhkan perantara atau media massa langsung pada audiens.

3.      Model Komunikasi Dua Tahap (Two Step Flow of Communication)

                        Model ini lahir berlandaskan pada model Jarum Hipodermik. Lazarsfeld, Beretson, dan Guadet melakukan penelitian mengenai efek-efek komunikasi massa pada kampanye pemilihan presiden di Amerika Serikat tahun 1940.
                        Studi yang mereka lakukan mencoba untuk mengetahui bagaimana peranan media massa dalam mengadakan perubahan. Hasilnya sangat mengejutkan, mengingat bahwa pengaruh media massa ternyata hanya kecil sekali. Orang lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan antar pribadinya dalam menentukan keputusan politiknya dari pada dipengaruhi oleh media massa.
              Hasil penelitian tersebut menimbulkan anggapan bahwa ide-ide seringkali mengalir melalui radio dan media cetak dan diterima oleh pemuka pendapat (opinion leader). Melalui pemuka pendapat inilah ide tersebut tersebar ke seluruh anggota masyarakat.

       Model komunikasi dua tahap ini dalam prosesnva berlangsung dua tahap.

       Tahap I : dari media massa kepada orang-orang tertentu di antara mass audience (opinion leader) yang bertindak selaku gate keepers. Dari sini pesan-pesan media massa disampaikan kepada anggota-anggota mass audience yang lain sebagai Tahap II., sehingga pesan-pesan media akhirnya mencapai seluruh penduduk
              Model komunikasi Massa Dua Tahap dapat membantu untuk menempatkan perhatian pada peranan media massa yang dihubungkan dengan komunikasi antar pribadi. Perbedaannya dengan model jarum hipodermik yang memandang massa sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari individu-individu yang pasif terikat pada media, adalah bahwa model yang kedua ini memandang massa sebagai individu-individu yang aktif berinteraksi.
       Bagan Two Step Flow Model adaLah sebagai berikut:

       Pesan-pesan                      Opinion                       Followers
       Media massa                     Leaders                        (Mass Audience)

                        Para opinion leaders dan followers secara keseluruhan adalah mass audience. Pada umumnya opinion leaders lebih banyak bersentuhan dengan media massa dibandingkan dengan followers. Karena posisinya, opinion leaders berpengaruh terhadap followers-nya, yang karena peranan opinion leaders pesan-pesan media massa mendapatkan efek yang kuat.

              Bagan tersebut memperlihatkan bahwa Model Alir Dua Tahap merupakan komplementaritas antara komunikasi massa dan komunikasi antar pribadi. Tahap pertama dari media massa ke opinion leaders adalah komunikasi massa, sedangkan Tahap kedua dari opinion leaders kepada followers adalah komunikasi antar pribadi.
                        Berdasarkan bagan tersebut terlihat bahwa volume informasi yang sampai kepada masyarakat telah disaring oleh pemuka pendapat. Hal ini berarti bahwa pemuka pendapat dapat menambah atau mengurangi volume informasi semula yang disebarkan oleh media massa, sehingga bobot dan variasi informasi akan berubah sesuai dengan pemikiran pemuka pendapat. Kemungkinan penambahan dan pengurangan bobot dan variasi volume informasi itu dapat positif dan dapat pula bersifat negative, tergantung pada watak dan kepentingan pemuka pendapat tersebut. Jadi pemuka pendapat berperan sebagai gate keeper atau penjaga gerbang informasi.

                        Model alir dua tahap ini dikembangkan sebagai suatu studi klasik tentang perilaku pemilih dalam kasus pemilihan presiden Arnerika Serikat pada tahun 1940 oleh Paul Lazarsfeld dkk. Penemuan teori Lazarsfeld ini sekaligus menjatuhkan model/teori peluru atau jarum suntik (Hypodermic Needle Model).

       a).   Kelebihan Model Alir Dua Tahap

1.  Model ini banyak membantu kita dalam memusatkan perhatian atas adanya hubungan yang komplementer atau saling melengkapi antara komunikasi massa dan komunikasi antar pribadi.
2.  Adanya peranan aktif dari pemuka pendapat (opinion leaders) dan cara-cara berkomunikasi tatap muka yang dipandang mempunyai peranan penting dalam setiap situasi komunikasi, khususnya bagi masyarakat di negara berkembang.
3.   Model ini secara umum memberikan kerangka kerja yang secara konseptual dapat dipakai guna meneliti gejala komunikasi yang bersifat kompleks.
4.   Model komunikasi dua tahap ini memperlihat dua hal yang menonjol, yaitu :
a.  Diberikannya    perhatian    khusus    pada    peranan pemuka pendapat sebagai sumber informasi
b.   Beberapa penyempurnaan dari model komunikasi dua   tahap   sebagaimana   dikenal   dalam   model komunikasi satu tahap dan model komunikasi banyak tahap.
      
       b).  Kekurangan Model Alir Dua Tahap

1.      Model tersebut menyatakan bahwa individu yang aktif dalam mencari informasi hanyalah pemuka pendapat, sedangkan anggota masyarakat pada umumnya bersifat pasif. Kegiatan pemuka pendapat dianggap sebagai usaha untuk memperoleh kesempatan berperan sebagai pemrakarsa komunikasi. Kenyataan memperlihatkan bahwa ada model komunikasi yang menunjukkan bahwa pemuka pendapat ada yang pasif dalam mencari informasi.

2.      Pandangan bahwa dalam proses komunikasi massa pada hakikatnya terjadi dua tahap, ternyata membatasi proses analisisnya, sebab proses komunikasi dapat terjadi dalam dua tahap atau lebih. Dalam kasus tertentu, dapat saja terjadi proses komunikasi satu tahap, misalnya media massa langsung mempengaruhi khalayak. Dalam kasus lain, media massa menimbulkan proses komunikasi banyak tahap.

3.      Model komunikasi dua tahap menunjukkan betapa tergantungnya pemuka pendapat akan informasi yang disebarkan media massa. Tetapi sekarang ini ada indikasi yang membuktikan bahwa pemuka pendapat memperoleh informasi melalui saluran-saluran yang bukan media massa.

4.   Penelitian tahun 1940 tersebut, yang menghasilkan model komunikasi dua tahap, mengabaikan perilaku khalayak berdasarkan "waktu" pengenalan ide baru. Penelitian tentang difusi dan inovasi menunjukkan bahwa mereka yang mengenal lebih dahulu suatu ide baru ternyata lebih banyak memanfaatkan media massa dibandingkan dengan mereka yang mengenal ide baru tersebut kemudian. Dengan demikian, para pemuka pendapat pada umumnya adalah pengenal awal ide baru, sedangkan ketergantungan mereka pada media massa lebih banyak ditentukan oleh kedudukan mereka sebagai pengenal awal dari pada sebagai pemimpin masyarakat.

5.   Berbagai saluran komunikasi berperan dalam berbagai tahap penerimaan inovasi dan proses pengambilan keputusan. Model komunikasi dua tahap tidak menunjukkan adanya perbedaan peranan dari berbagai saluran komunikasi dalam hubungannya dengan tahap-tahap inovasi. Studi tentang difusi inovasi menunjukkan beberapa tahap sebagai berikut:
                 a.   tahap penyadaran
                 b.   tahap pembujukan
                 c.   tahap keputusan  
                 d.  tahap pemantapan

6.   pemisahan khalayak atas pemuka pendapat dan masyarkat pengikut diberikan oleh model komunikasi dua tahap. Padahal dalam kenyataan, tidak selamanya mereka yang disebut followers adalah menjadi pengikut dari pemuka pendapat.
             
Kritik yang terutama diberikan pada model ini adalah, kenyataan menunjukkan bahwa proses komunikasi massa tidak berjalan sesederhana atau semata-mata dua tahap.

c).   Pengukuran Kepemimpinan Pemuka Pendapat

Ada 3 metode utama untuk mengukur kepemimpinan pemuka pendapat sebagai berikut:
i)       Sociometric Method
                        Menurut metode ini kepada masyarakat ditanyakan kepada siapa mereka meminta atau mencari informasi atau nasihat mengenai masalah-masalah kemasyarakatan yang mereka hadapi. Pemimpin dalam hal ini adalah mereka yang menjadi anggota masyarakat tersebut dan yang memiliki informasi banyak.
                        Metode sosiometrik ini merupakan alat pengukur yang paling valid untuk menentukan siapa yang menjadi pemimpin dalam masyarakat sesuai dengan pandangan para pengikutnya.

ii)       Informant's Rating
              Dalam metode ini diajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu kepada orang-orang tertentu (responden) yang dianggap sebagai key informan dalam masyarakat mengenai siapa yang dianggap masyarakat sebagai pemimpinnya. Key informan yang dipilih harus yang benar-benar akrab dengan sistem masyarakat.

iii)     Self Designating Method
                        Kepada setiap responden diajukan rangkaian pertanyaan untuk menentukan dalam tingkat mana ia menganggap dirinya sebagai pemimpin dalam masyarakatnya. Pertanyaan khas yang dapat diajukan adalah : "menurut saudara, selain pada pemuka pendapat pada siapakah masyarakat meminta informasi atau nasihat?" Validitas pertanyaan ini banyak bergantung pada ketepatan respondenn untuk mengidentifikasi dirinya sebagai pemimpin.

d).   Karakteristik Pemuka Pendapat
1. Lebih tinggi pendidikan formalnya dari pada anggota masyarakat lainnya
2. Lebih tinggi status sosial ekonominya
3. Lebih inovatif dalam mengadobsi nilai-nilai dan ide baru
4.Iebih tinggi pengenalan medianya
5. Kemampuan emphaty mereka lebih besar
6. Partisipasi sosial mereka lebih besar
7. Lebih kosmopolit

3.   Model Komunikasi Tiga Tahap (Three Step Flow Model).

Model ini menunjukkan adanya banyak variasi dalam penyebaran informasi dari sumber kepada khalayak. Sebagai khalayak memperoleh informasi langsung dari media massa sebagai sumber, mungkin juga sebagai khalayak (penerima) mendapat informasi melalui berbagai tahap yang harus dilalui setelah disebarkan oleh sumber informasi.

D.    MODEL KOMUNIKASI ISLAM

Islam sebagai agama dakwah sangat menekankan perihal komunikasi. Al-Qur’an dalam beberapa ayat secara jelas memerintahkan agar dalam berkomunikasi memperhatikan aspek isi pembicaraan (konten), cara penyampaian (dengan cara yang tegas atau lemah lembut, sesuai maksud tujuan dalam berbicara) serta dengan memperhatikan pilihan kata (aspek gramatika), agar komunikasi mencapai hasil yang optimal.
Komunikasi dalam Islam meliputi komunikasi anatar personal, kelompok ataupun pada komunikasi masa.
Berikut ini dibuat tabulasi ayat-ayat tentang komunikasi dan makna komunikatifnya.

No.
Ayat-ayat
Arti
Makna Komunikasi
01
Qaulan ma’rufan
(Q.S. 4:5)
Ucapkanlah dengan
Perkataan yang baik
Tentang konten dan cara bicara
02
Qaulan sadidan
(Q.S. 4:9, 33:70)
Berbicara dengan tutur kata yang benar
Tentang konten dan pilihan kata
03
Qaulan balighan
(Q.S. 4:63)
Katakanlah dengan perkataan yang membekas pada jiwanya
Tentang konten dan pilihan kata
04
Qaulan kariman
(Q.S. 17:23)
Berkata yang baik
Tentang konten dan cara bicara
05
Qaulan maisyuran
(Q.S. 17:28)
Berkata dengan ucapan yang lemah lembut
Tentang cara bicara
06
Qaulan kayyinan
(Q.S. 20:44)
Berkata dengan kata-kata yang lemah lembut
Tentang konten dan pilihan kata


E.       KESIMPULAN

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model komunikasi Islam memiliki keunggulan, yaitu pada preferensinya pada nilai-nilai. Kandungan nilai logika yaitu pada pilihan kata yang tepat, nilai etika yaitu pada pilihan kata baik dan menyejukkan serta nilai estetika yaitu pada cara penyampaian yang lemah lembut dan yang membekas pada jiwa.


















Daftar Pustaka

AL-Qur’an dan Terjemahannya, Depag RI
Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung: Widya Padjadjaran
Larry Gonick, Kartun (non) Komunikasi, guna dan salah guna informasi dalam dunia modern. Kepustakaan Populer Gramedia, Juli 2007. (diterjemahkan dari Guide to (non) Communication, HarperClollins Publisher, Inc copyright 1993. ISBN 978-979-9100-75-7
Mulyana, Deddy Prof. Imu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. 2007
Nina W. Syam, MS. Prof. Dr. Filsafat sebagai Akar Ilmu Komunikasi, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, cet. Pertama tahun 2010.
Rohim,Syaiful.2009. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
Ruben Brent D dan Lea P Stewart. (2006). Communication and Human Behavior. United States: Allyn and Bacon
West, Richard & Lynn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory. Third Edition. Singapore: The McGrow Hill companies.
Wiryanto,Dr. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jilid I. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar