Translete This Blog :

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sabtu, 25 Juni 2011

DAKWAH DAN KOMUNIKASI




BAB I
Pendahuluan

Menurut Drs. H. Toto Tasmara (2010/12/30), dalam buku Komunikasi Dakwah secara sederhana memberikan pengertian komunikasi. Seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain dalam hal ini yang diajak berkomunikasi untuk dapat ikut berpartisipasi atau tindakan sama sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikan. Dengan penekanan bahwa komunikasi berarti upaya untuk mengadakan persamaan atau commonness dengan orang lain dengan cara menyampaikan keterangan, berupa suatu gagasan ataupun sikap.
Dengan berkomunikasi sebenarnya mengharapkan atau bertujuan terjadinya perubahan sikap atau tingkah laku orang lain untuk memenuhi harapan sebagaimana pesan disampaikan. Perubahan sikap dan tingkah laku akibat dari proses komunikasi adalah perubahan sikap yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Dengan demikian apa yang disampaikan oleh komunikator pada komunikasi akan mempengaruhi sikat komunikan sejauh kemampuan komunikator dalam mempengaruhinya.
Agama bukanlah sesuatu yang bersifat subordinate terhadap kenyataan social-ekonomi, agama pada dasarnya bersifat independen, yang secara teoritis bisa terlibat dalam kaitan saling mempengaruhi dengan kenyataan social, oleh karenanya Mattulada dkk dalam buku Agama dan Perubahan Sosial mengungkapkan bahwa, Agama mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk menentukan pola prilaku manusia. Sehingga ajaran agama akan mampu mendorong atau menahan proses perubahan social.

A.        Pengertian Komunikasi Dakwah
Menurut Colin Chery, (2010/12/30) berdasarkan pendekatan sosiologis mendefinisikan komunikasi sebagai uasaha untuk membuat satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa, atau tanda dalam memiliki sendiri serangkaian peraturan untuk berbagai kegiatan guna mencapai tujuan, kominikasi merupakan peristiwa sosial yang bertujuan untuk memberikan informasi, membentuk pengertian, menghibur, bahkan mempengaruhi orang lain.
Colin Chery melanjutkan, sebenarnya dakwah itu sendiri adalah komunikasi, dakwah tanpa komunikasi tidak akan mampu berjalan menuju target-target yang diinginkan, demikian komunikasi tanpa dakwah akan kehilangan nilai-nilai Ilahi dalam kehidupan. Maka dari sekian banyak definisi dakwah ada sebuah definisi yang menyatakan, bahwa dakwah adalah proses komunikasi efektif dan kontinyu, bersifat umum dan rasional, dengan menggunakan cara-cara ilmiah dan sarana yang efesien, dalam mencapai tujuan-tujuannya .
Jalaluddin Rakhmat (2010/12/30), berpendapat bahwa juru dakwah atau orang yang menyampaikan (tabligh) pesan dakwah disebut dalam ilmu komunikasi sebagai komunikator atau orang yang menyampaikan pesan kepada pihak komunikan. Secara umum komunikasi memiliki kecenderungan menyampaikan pesan-pesan yang sifatnya lebih umum, baik tentang informasi yang sifatnya ilmiah ataupun yang lainnya. Komunikasi sendiri memiliki banyak keterkaitan dengan keilmuan-keilmuan umum seperti psikologi, serta ilmu-ilmu social lainnya.  Komunikasi dan dakwah menurut Jalaluddin Rakhmat dengan menggabungkan ide dakwahnya melalui kemampuan berkomunikasi yang baik, sehingga jelas bahwa baik kata komunikasi ataupun dakwah secara khusus tidak memiliki kesamaan, namun secara umum kesamaan antara komunikasi dan dakwah pada pesannya dimana pesan pada keilmuan bidang komunikasi lebih bersifat umum sedangkan pesan yang ada dalam keilmuan bidang dakwah lebih khusus pada bidang keagamaan Islam.

B.        Hubungnan Proses Komunikasi Dengan Penyampaian Pesan Dakwah
Dalam ajaran Islam, komunikasi mendapatkan tekanan yang cukup kuat bagi manusia sebagai anggota masyarakat, dan sebagai makhluk Tuhan, Allah Berfirman :

"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas" (QS. Ali Imran : 112).

Dalam Interaksi antara Da'i dan Mad'u, Da'i dapat menyampaikan pesan-pesan dakwah (materi dakwah), melalui alat atau sarana yang ada. Komunikasi dalam proses dakwah tidsak hanya ditujukan untuk memberikan pengertian, mempengaruhi sikap, membina hubungan sosial yang baik, tapi tujuan terpenting dalam berkomunikasi adalah mendorong Mad'u untuk bertindak melaksanakan ajaran-ajaran agama dengan terlebih dahulu memberikan pengertian-pengertian, mempengaruhi sikap, dan membina hubungan baik.
Dalam proses bagaimana Mad'u menerimsa informasi, mengolahnya, menyimpan, dan menghasilkan informasi dalam psikologi komunikasi disebut sebagai sistem komunikasi Intra Personal. Jalaluddin Rakhmat memandang dalam proses penyampaian pesan dakwah melalui media baik cetak maupun elektronik, seorang juru dakwah harus mampu menyesuaikan kedudukannnya sebagai komunikator yang berhadapan dengan sekian banyak audiens dan dengan latar belakang pendidikan, usia, profesi yang berbeda.
Dalam penyampaian pesan dakwah secara lisan atau langsung, juru dakwah akan berhadapan dengan kelompok audiens yang mempunyai kecenderungan sama. Sehingga para juru dakwah dapat menampilkan penyampaian pesan dakwah yang sesuai dengan kebutuhan. Baik penyampaian dakwah secara langsung atau tidak langsuang, jelas mempunyai perhubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan proses komunikasi mengingat komunikasi mempunyai sifat baik secara langsung atau tidak langsung.

C.        Tujuan Komunikasi Dakwah
Tujuan dakwah ataupun tujuan komunikasi memiliki kesamaan, komunikasi dan dakwah memiliki tujuan untuk merubah prilaku orang yang diajak berkomunikasi atau orang yang sedang menerima dakwah agar mengikuti seruan atau ajakan yang disampaikan. Jalal hanya tidak pernah menyampaikan komunikasi yang dikaitkan dengan dakwah, namun dalam pengertian-pengertian yang diuraikan dalam memahami semua unsur dan kegiatan komunikasi mempunya kesamaan dengan semua unsur dan kegiatan dalam hal dakwah. Baik tujuan dari komunikasi ataupun tujuan dari dakwah adalah proses dimana seseorang menghendaki adanya perubahan sikap dan tingkah laku orang atau objek komunikasi atau dakwah sesuai dengan harapan si pelaku.
Tujuan yang hendak dicapai dari komunikasi dakwah itu sendiri memiliki tiga dimensi. Pertama, tujuan awal dimana tujuan dari proses komunikasi dakwah itu adalah terjadinya perubahan pemikiran, sikap dan prilaku dari komunikan. Kedua, tujuan sementara dimana tujuan ini hanya difokoskan pada perubahan kehidupan selama di dunia saja. Adapun yang hendak dicapai dari tujuan komunikasi dakwah itu sendiri mencakup dua tujuan diatas sampai pada tujuan akhir dimana adanya kebahagiaan di dunia dan akhirat .

D.        Urgensi Komunikasi dan Dakwah
Bertitik tolak dari firman Allah dalam Q.s An-Nahl ayat 125 bahwa ada tiga metode dalam berdakwah yaitu Hikmah, Mauidzah Hasanah, dan Mujadalah. Ketiga metode tersebut menunjukkan ke-urgensi-an berdakwah bagi kita sebagai umat islam, apalagi kita korelasikan dengan firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 104. Ayat-ayat tersebut menunjukkan urgensi dakwah islamiyyah dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila kita kaitkan dengan urgensi komunikasi dalam dunia dakwah, ini berarti bahwa peranan komunikasi begitu signifikan dalam dunia dakwah. Hal ini dikarenakan salah satu cara yang banyak digunakan dalam usaha dakwah ialah melalui komunikasi efektif, sehingga pokok atau tujuan dakwah kita sesuai dengan apa yang kita harapkan. Maksudnya, ada kesesuaian pemahaman antara mubaligh atau penyampai dan mustami atau pendengar.
Kecakapan seseorang dalam berkomunikasi menentukan sejauh mana wawasan pengetahuan yang dimiliki oleh orang tersebut. Orang yang luas wawasan pengetahuan dan pergaulannya cenderung mudah melakukan komunikasi, adaptasi, dan sosialisasi. Sebaliknya orang yang sempit baik wawasan pengetahuan maupun pergaulannya cenderung sulit dalam menyampaikan suatu ide atau gagasan apalagi ketika ia bersosialisasi dengan orang lain.
Menurut Beach (Moekijat, 1993, h. 7), dalam bukunya yang berjudul “Personnel The Management People at Work” mengatakan bahwa urgensi komunikasi dapat dilihat dari fungsi komunikasi tersebut, dimana fungsi komunikasi ialah : menyampaikan informasi pengetahuan dari satu orang kepada orang lain, sehingga akan terbentuk tindakan kerjasama, komunikasi membantu mendorong dan mengarahkan orang-orang untuk melakukan sesuatu, komunikasi membentuk sikap dan menanamkan kepercayaan ntuk mengajak, meyakinkan, dan mempengaruhi perilaku.
Dari uraian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa urgensi komunikasi berhubungan dengan informasi yang tersampaikan, menanamkan suatu kepercayaan dalam melakukan sesuatu. Urgensi komunikasi dan dakwah sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PARADIGMA DAKWAH KOMUNIKASI

Dakwah adalah bagian dari term kata yang khusus dan melekat dalam Islam, akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya kata dakwah juga dipakai oleh masyarakat di luar Islam untuk berjuang (provokasi dan agitasi) atau mengajak umatnya dalam menyeru kebaikan serta memperkuat akidahnya. Dakwah yang demikian merupakan bentuk bagian komunikasi yang dipergunakan oleh agamawan dengan memaknai bahwa pentingnya keberadaan dakwah dalam keberlangsungan umat dan kehidupan manusia sepanjang masa. Dalam konteks Islam, khususnya pada saat perjuangan Rasulullah saw dalam menegakan panji Islam maka dakwah adalah cara atau strategi yang atraktif. Dakwah Rasululullah saw yang berlangsung dan terjadi ketika di Mekkah dan Madinah membawa dampak positif bagi akselerasi penyebaran agama serta perkembangan kuantitas umat muslim saat itu.

A.        Makna dan Lingkup Dakwah.
Dalam bahasa al Qur'an, dakwah terambil dari kata دعا – يدعو - دعوة  , yang secara lughawi (etimologi) memiliki kesamaan makna dengan kata an-nidâ (النداء) yang berarti menyeru atau memanggil (Hasan al-Jamsi, h. 24). Kata ini dan derivasinya menurut informasi yang diperoleh dari peneliti al-Qur‘an kenamaan Muhammad Fu‘ad Abdul Baqy terulang sebanyak 215 kali (Fu‘ad Abdul Baqi, 2000, h. 330-333).
Ketika menjelaskan istilah tersebut, pakar bahasa Ibn Manzûr menyebutkan beberapa arti yang terkandung seperti berikut: Pertama, meminta pertolongan (الاستغاثة) seperti ucapan seseorang ketika bertemu musuhnya dalam keadaan sendirian “fad'ul-muslimîn“ yang menurut Ibn Manzur dapat disamakan dengan "istaghitsû al muslimin" (minta tolonglah pada muslimun) (Ibn Manzur al Afrîki, h. 285). Kedua, lanjutnya,  menghambakan diri (Ibâdah), baik kepada Allah SWT maupun kepada selain Allah SWT. Seperti dalam firman-Nya (QS al-A'râf: 194). Ketiga, masih menurut  Ibn Manzur, memanjatkan permohonan kepada Allah SWT (berdoa) seperti dalam firman-Nya QS al Baqarah: 186. Keempat, persaksian Islam (syahâdat al Islâm). Seperti surat nabi Muhammad SAW kepada Heraklius "...أدعوك بدعاية الإسلام " (aku memanggil kamu dengan persaksian tentang Islam). Kelima, memanggil atau mengundang (an-nidâ). Seperti dalam firman Allah (QS al-Ahzab: 46). Senada dengan Ibn Manzur, pakar al Qur'an kenamaan al-Asfihany, menyebutkan adanya kesamaan kata ad-du'â dengan an-nidâ yang berarti memanggil namun dengan argumen yang berbeda. Kesimpulan ini, oleh al Asfihâni didasarkan atas firman Allah SWT  (QS al-Nûr: 63). Islam disebut sebagai agama dakwah dînud-da’wah, karena ia mengajak orang agar berkenan mengikuti seruannya.
   Sedangkan dari tinjauan aspek terminologis, pakar dakwah Syekh Ali Mahfuz (h. 17), mengartikan dakwah dengan mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk Allah SWT, menyeru mereka kepada kebiasaan yang baik dan melarang mereka dari kebiasaan buruk supaya mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat. Pengertian dakwah yang dimaksud, menurut Ali Mahfuz lebih dari sekedar ceramah dan pidato, walaupun memangg secara lisan dakwah bisa diidentikan dengan keduanya. Lebih dari itu, dakwah juga meliputi tulisan bil-qalam dan perbuatan sekaligus keteladanan bil-hâl wa-qudwah. Sayyid Qutb (1982, j. ke-1, h. 187), lebih memandang dakwah secara holistik, yaitu sebuah usaha untuk mewujudkan sistem Islam dalam kehidupan nyata dari tataran yang paling kecil, seperti keluarga, hingga yang paling besar, seperti negara atau ummah dengan tujuan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk mewujudkan sistem tersebut, menurut Quraish Shihab (1992, h. 194), diperlukan keinsafan atau kesadaran masyarakat untuk melakukan perubahan dari keadaan yang tidak atau kurang baik menjadi baik.
Dakwah juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk memotivasi orang dengan basirah supaya menempuh jalan Allah SWT dan meninggikan agamanya. Dakwah Islam adalah dakwah basirah, maknanya berarti dakwah yang disebarluaskan dengan cara damai dan bukan dengan kekerasan, serta mengutamakan aspek kognitif (kesadaran intelektual), dan afektif (kesadaran emosional). Dakwah demikian ini, lebih lanjut disebut sebagai dakwah persuasive, (Aziz Ibn Farhan dan Ibn Abd al-Aziz, 2005, h. 14). Dalam al-Qur’an, disebutkan bahwa tujuan dari pengutusan Rasulullah adalah sebagai rahmat bagi semesta alam. Arti dari pernyataan ini,  yaitu bahwa kedatangan Rasulullah dengan risalah Islam itu harus mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan hidup bagi manusia.
Dakwah juga dipandang sebagai tugas para Rasul Allah swt, (Abdul Karim Zaidan, 2001, h. 308). Walaupun manhaj dan syari'atnya berlainan, tetapi esensi pesannya adalah ajakan kepada manusia untuk hidup dalam sikap “islam” (tunduk dan pasrah kepada sang pencipta).
Bagi Ahmad Mahmud  (h. 14), dakwah jika ditinjau dari segi kosa kata, merupakan bentukan kata kerja inklinasi (kecondongan) dan motivasi (fi'lun imâlatun wa targhîbun). Melalui analisa ini, dakwah diartikan sebagai usaha memberikan penawaran  kepada orang supaya bersikap condong dan termotivasi melakukan ajaran Islam itu. Dakwah kepada Islam, artinya tugas untuk mempengaruhi orang agar ia menjadi condong dan menyukai Islam, baik dengan cara teoritis atau nasehat, maupun secara praktis atau keteladanan (min qoulin au  fi'ilin).

B.        Pengertian Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”), secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari Bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward (1998, h. 16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another.
(Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain).

Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan
manusia. Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan sesamanya, sudah pasti diakui oleh semua manusia yang hidup di dunia ini. Pengertian komunikasi menurut Wilbur Schramm, yang dikutip oleh  M.O. Palapah dan Atang Syamsudin (1983, h. 2-3) sebagai berikut:
Communication berasal dari latin yaitu communis, yang arti common, sama. Jadi jika kita mengadakan komunikasi dengan suatu pihak, maka kita mengatakan gagasan kita untuk memperoleh Commonnes dengan pihak lain itu  mengenai suatu objek tertentu.

Jelaslah bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Istilah Komunikasi  berasal dari bahasa latin yakni dari kata Communicatio Istilah ini bersumber dari kata Communis yang berarti sama dan dalam bahasa Inggris adalah Communication. Istilah Communis disebut sebagai asal kata komunikasi yang juga merupakan akar dari kata- kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyatakan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara sama. Bila kita berbicara mengenai komunikasi tidak ada definisi yang benar atau pun salah, seperti juga  model atau teori, definisi haruslah dapat dilihat dari pemanfaatannya  untuk dapat menjelaskan suatu fenomena yang akan didefinisikan beberapa definisi komunikasi.
Collin Cherry (Rakhmat, 2003, h.7-8), mendefinisikan komunikasi sebagai “Usaha untuk membuat satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau tanda memiliki bersama serangkaian peraturan untuk berbagai kegiatan mencapai tujuan”. Proses transaksional lanjutnya, meliputi pemisahan dan pemilihan bersama lambang secara kognitif begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.
Hakekat dari komunikasi adalah suatu proses pernyataan antar manusia dimana yang dinyatakan itu adalah suatu pikiran atau perasaan sesorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi pernyataan dinamakan Pesan (Message), Orang yang menyampaikan pesan disebut Komunikator, sedangkan orang yang menerima pernyataan disebut Komunikan. Untuk lebih tegasnya komunikasi berarti proses penyampaian oleh komunikator kepada komunikan.

2.         Proses Komunikasi
      Proses komunikasi menurut Palapah dan Atang Syamsudin (Effendy, 2002, 11-16), terbagi menjadi dua, secara primer dan proses komunikasi secara sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan simbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menterjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
      Sedangkan proses komunikasi secara sekunder menurut Effendy, adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi, adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

3.         Fungsi Komunikasi
Menurut Effendy (2002, h. 36), fungsi komunikasi; pertama, menginformasikan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, baik itu ide atau pikiran, tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaiakn orang lain. Kedua, sebagai sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan pengetahuan. Ketiga, berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain. Keempat, berfungsi untuk mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya dengan cara saling mempengaruhi jalan pikiran komunikandan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapkan.
Bila dilihat dari fungsi kmunikasi yang telah dikemukakan diatas bahwa komunikasi tidak dapat dilepaskan dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari terutama dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat.

4.         Tujuan Komunikasi
Sedangkan tujuan komunikasi pada umumnya menurut Cangara Hafied (Hafied, 2002, h. 22), adalah mengandung hal-hal; pertama, supaya yang disampaikan dapat dimengerti. Kedua, memahami orang agar gagasannya dapat diterima oleh orang lain. Ketiga, komunikator harus berusaha dengan menggunakan pendekatan yang persuasif bukan dengan memaksakan kehendak. Kelima, menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakkan sesuatu itu dapat berupa kegiatan yang lebih banyak mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki.




DAFTAR PUSTAKA

Ruben, Brent D, Stewart, Lea P, 2005, Communication and Human  Behaviour, USA: Alyn and Bacon. 

Rakhmat, Jalaluddin, 1985, Psikologi Komunikasi, Bandung : Remadja Karya. Effendy, Onong Uchjana, 2002, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grasindo Rosdakarya.

Cangara, Hafidz, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Al-Ghazali, Muhammad, 1981. Ma’a Allah. Beirut: Dar Ihya’ al-Turath al-Arabi.

Ali Aziz, Moh, 2004, Ilmu Dakwah, Ed. I, Jakarta: Kencana, cet. ke-1

Saleh, Abdul Rosyad, 1993, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang,
cet. ke-3

Afandi, Bisri, 1984, Beberapa Percikan Jalan Dakwah, Surabaya: Fakultas Dakwah  Surabaya.

Habib, Syafa'at, 1981, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta: Wijaya.

Ahmad, Amrullah, 1983, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Primaduta.

Salim, Abdul Muin,  28 April 1999, Metodologi Tafsir; Sebuah Rekontruksi Epitemologi Memantapkan Keberadaan Ilmu Tafsir Sebagai Disiplin Ilmu (Orasi Pengukuhan Guru Besar Dihadapan Rapat Senat Luar Biasa IAIN Alauddin Makassar.

Ghazali, M. Bahri, 1997, Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet. ke-1.

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah.

Departemen Agama RI, 1995, Alquran dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan Penafsir dan Penterjemah al-Qur’an.

Marsekah Fatwa, 1978, Tafsir Dakwah, Surabaya: IAIN Sunan Ampel.

Fadullah, Muhammad Husain,  1997, Uslub ad-Dakwah fi al-Quran, diterjemahkan oleh Tarmana Ahmad Qasim, dengan judul Metodologi Dakwah Dalam al-Quran Pegangan Bagi Aktifis, Jakarta: Lentera, cet. ke-1.

Bachtiar, Wardi , 1997, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, cet. ke-1.

Natsir, Muhammad, 1991, Fiqh al-Dakwah. Jakarta; Ramadhan, cet. ke-XI

Al-Jamsi, Muhammad Hasan, al Du’at wa al Da’wat al Islamiyyah al-Mu’asirah, Damaskus: Dar al Rasyid, ttn.

Abd al-Baqi, Fu’ad, 2000, Mu'jam Mufahras Li Alfaz al-Qur’an al-Karim, Beiruth: Dar al-Fikr.

Ibn Manzur al-Afriki, Muhammad Mukarram,  Lisan al-Arab, Beiruth: Dar al-Sadir, ttn, cet. ke-1.

Mahfuz, Ali, Hidayat al-Mursyidin Ila Turuq al-Wa’zi Wa al-Khitabah, Beiruth: Dar al-Ma’rifah, ttn.

Qutb, Sayyid, 1982,  Tafsir fi Zilal al-Qur’an, Beirut: Dar al-Syuruq, Juz. Ke-1.

Shihab, Quraish,  1992, Membumikan al- Qur’an, Bandung: Mizan, ttn

Farhan, Aziz Ibn, 2005, Da’wah ilallah, Abu Dhabi: Dar Imam Malik, Cet. ke-1.
Zaidan, Abdul Karim, 2001, Ushulud-Da’wah, Beiruth: Muassasah Risalah, cet. ke-9.

Mahmud, Ahmad , a-Da’wah ilal-Islam, Mauqi’ul-Islam, ttn.

Moekijat, 1993. Teori Komunikasi Bandung: Mandar Maju, ttn.

Palapah,  dan  Syamsudin, Atang, 1983,  Studi ilmu Komunikasi. Bandung : Fakultas Ilnu komunikasi Universitas Padjajaran.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar