Translete This Blog :

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Kamis, 19 Mei 2011

GLOBALISASI DAN IMPLIKASI (TERHADAP ISLAM)

GLOBALISASI DAN IMPLIKASI (TERHADAP ISLAM)
Oleh: Maulana Abdul Hamid, MA

I.          Dasar Pemikiran
Arus globalisasi yang sedang berlangsung dewasa ini adalah suatu kenyataan yang tidak dapat ditotak,, tapi tidak berarti harus diterima. Globalisasi perlu disadari adanya dan dipahami serta direspon secara tepat. Globalisasi adalah suatu proses dimana bangsa-bangsa terkondisikan dalam situasi untuk menerima kultur, tradisi, dan nilai-nilai yang dianggap global (mendunia/universal). Namun, yang perlu disadari bahwa globalisasi juga berarti suatu program agar bangsa-bangsa yang lemah menerirna nilai bangsa-bangsa yang kuat yaitu Barat. Di sini, globalisasi dimaknai sebagai Westernisasi.[1]

Definisi Globalisasi
Istilah 'globalisasi' diarnbii dari kata 'global'. Kata ini melibatkan kesadaran baru bahwa dunia adalah sebuah kontinuitas lingkungan yang terkontruksi sebagai kesatuan utuh. Marshall McLuhans menyebut dunia yang diliputi kesadaran globalisasi ini global village (desa buana).[2] Dunia menjadi sangat transparan sehingga seolah tanpa batas administrasi suatu negara. Batas-batas geografis suatu negara menjadi kabur. Globalisasi membuat dunia menjadi transparan akibat perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi serta adanya sistem informasi satelit.
Istilah globaliasasi yang dipopulerkan oleh Theodore Lavitte pada tahun 1985 ini telah menjadi slogan magis di dalam setiap topik pembahasan.[3] Substansi globalisasi adalah ideology yang menggambarkan proses interaksi yang sangat luas dalam berbagai bidang: ekonomi, politik, teknologi, dan budaya.
Globalisasi juga merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses muitilapis dan multidimensi dalam realitas kehidupan yang sebagian besar dikonstruksi oleh Barat, khususnya oleh kapitalisme dengan nilai-nilai dan pelaksanaannya. Di dalam dunia global, bidang-bidang di atas terjalin secara luas, erat, dan dengan proses yang cepat. Hubungan ini ditandai dengan karakteristik hubungan antara penduduk bumi yang melampuai batas-batas konvensional, seperti bangsa dan negara. Keadaan demikian ini menunjukkan bahwa relasi antara kekuatan negara-bangsa di dunia akan mewarnai berbagai hal, yaitu sosial, hukum, sosial, dan agama.[4]
Bila kite menengok pada kamus Macmillan English Dictionary, 'globalisasi' diartikan sebagai : the idea that the world in developing a single  economy and culture as a result of improved technology and communications andttie influence of very large multinational companies.[5]
Dari definisi ini, setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai isu globalisasi. Isu pertama adalah upaya penyatuan umat manusia yang melampaui batas negara, bangsa, suku, ras, dan agama. Dengan kata lain, globalisasi adalah menjadikan dunia tidak terbatas (borderless). Semua keperluan manusia dapat dipenuhi dengan melampaui ruang dan waktu. Dan mulailah dunia komunikasi memainkan peran yang cukup signifikan.[6]
Isu kedua adalah krisis identitas. Dengan semakin mudahnya penyebaran manusia (diaspora) ke berbagai pelosok dunia ternyata menciptakan proses asimilasi dan akulturasi budaya yang pada gilirannya menghilangkan keaslian budaya tempatan.[7] Dalam konteks ini, budaya Barat telah memainkan peranan cukup signifikan terhadap pembentukan peradaban manusia.[8] budaya ini kemudian menghegemoni di kalangan negara Dunia Ketiga.
Isu ketiga adalah semakin banyaknya distingsi antara negara-negara maju dan negara yang tidak maju. Persoalan ini dapat dilihat secara mengglobal bahwa adanya dominasi negara-negara maju terhadap negara-negara kurang maju atau berkembang telah menyebabkan konflik yang tidak dapat diselesaikan, kecuali dengan penguasaan ekonomi, politik, militer (pertahanan). Oleh karena itu, negara-negara maju berusaha untuk bersatu dalam bentuk kerjasama ekonomi, politik, dan militer. Terbentuknya beberapa organisasi seperti yang terjadi di Eropa cukup memberikan pengaruh terhadap negara-negara Dunia Ketiga.[9]
Untuk membaca lebih lengkapnya silahkan menghubungi : salamku82@yahoo.com
atau sms ke 081383787911 

[1] .         Hamid Fahmy Zarkasyi, dalam Kata Pengantar buku Liberalisasi Pemikiran Islam -Gerakan Bersama Missionaris, Orientalis, dan Kolonialis, (Ponorogo : CIOS-ISID Gontor, 2008), hal. v. Dalam Kata Pengantarnya, Hamid Fahmy Zarkasyi secara tegas menetapkan 'globalisasi' tidak lebih sebagai sarana legitimasi atas Westernisasi atau penulis membahasakannya sebagai cara yang lebih sophisticated untuk melakukan Westernisasi.
[2].          Bruce Russelt, Harvey Harr, World Politics, the Menu for Choice, (New York : W.H.Freeman & Company, 1985), hal. 500
[3] .            Lihat Peter D. Sutherland, "Tantangan-tantangan Globalisasi" dalam Ade Ma'ruf, Anas Syahrul Alimi (ed.), Shaping Globalization, (Yogyakarta : Jendela, 2000), hal. 113.
[4] .            Dr. H, Muhtarom H.M, Reproduksi Ulama di Era Globalisasi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), hal. 45
[5] .            Michael Rundell et.al (ed.), Macmillan English Dictionary for Advanced Learners, (Oxford : Bloomsbury Publishing, 2002), hal. 620.
[6] .            Mohammad Saleh Ismaii, "IT Usage : Challenges and Opportunities in Globalization", Symbiosis : Technology Park Malaysia, Oktober (2001), hal. 8-9
[7] .            Lihat Bill Ashroft, Post-Colonial Transformation, (London : Routledge, 2001), hal. 206-227
[8] .            Untuk kajian tentang ini, baca karya Samuel Huntington, The Clash of Civilization; Francis Fukuyama, The Great Disruption : Human Nature and Reconstruction of Social Order, (New York : The Free Press, 1999).
[9] .             Untuk kajian ini, baca April Carter, The Political Theory of Global Citizenship, (London : Routledge, 2001), khususnya bagian III, "Interpretations of Transnastional Citizenship in Practice", hal. 73-142. Untuk konteks Islam, lihat misalnya Muhammad Khalid Masud (ed.), Travellers in Faith : Studies of the Tablighi Jama'at as a Transnational Islamic Movement for Faith Renewal, (Leiden : Brill, 2000_.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar