Translete This Blog :

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 20 Mei 2011

Konsep Dakwah KH Noer Ali: Pemetaan dan Pembumian Dakwah Harakah


Oleh: Lukmanul Hakim Muhammad Tarsan


Abstraksi
Islam was guide men about four mothode to look for the true. They are as same as among onather. The fourth has seldom like sintesis and combine with one others. first, the true from pour ratio. Prosesening, outhority of ratio look for conclusion with rule of premis until totally. This methode very fovular in secularist scientist. For this enitiy, among Islamic scientist and secularist as like to get proses of truth. All something can be coherent with rational.
Second, to get conclution with demonstratic logic. Mens observe and reserve reality and has diagnosed about the truth. This various, not more to more important of reality that can be saw with eyes. This area only consentrate by man observe. Therefore, the truth has be called the true if its can fact and exsist with orserve and than considerent by ratio.
Thirth, the true was relevant with God massage. The God has insprite man when he get the truth. And then, the last second methode can be write incourech an infulfill with the God’s massage. Islam with “aqidah” and “syariah” guide man to get the true. I think, this way is named the integgral truthly.
Fourth, the truemust coherent with the wisdom of trancedent. Makrifatullah. This methode beside combine the three pointe before. This idea that men most near to God with beliveness, faithness, worshif, to Allah Almighty continouesly.
And then, relevant from that idea, I want to talk about determination of combination between logic, observe, irfan dan wish, to be getingt new way to look for reformation in paedagogig. For next, from its, we hope reconstruct for atmostfir of educate to be good next generation in the world.
Especially for missionary of Islam must know about its to construct of movement missionary. It was varian in methode of missionary. And it has one ide to guide every mankind to believe to God and refuge the other him.

A. Pendahuluan
Dakwah merupakan pokok dari inti agama itu sendiri. Ia melekat pada pada substansi agama lantaran agama dapat berkembang hanya dengan lajunya perjalanan dakwah. Ia tetap langgeng sampai sepanjang masa. Kewajiban berdakwah juga melekat bagi seorang muslim hingga akhir hanyat. Untuk hal ini, pendapat tersebut tetap bertahan lantaran kebenaran akan hal itu. Alih-alih karena pentingnya melakukan dakwah bagi setiap individu umat Islam maka melakukan dakwah itu tetap dimulai, didasarkan dan dilakukan dengan tekad jihad yang kuat. Sebut saja, ada hadis Nabi Muhammad SAW soal hal itu yang menohok pada keharusan hal itu dimulai sejak dini tanpa menunggu waktu besok dan jumlah banyak. “Sampaikanlah dari-KU meski satu huruf,” kata Nabi Muhammad SAW dalam sebuah haditsnya.
Hadits dia atas secara sederhana diartikan soal kewajiban melakukan dakwah meski hanya menyampaikan hanya dalam urusan sederhana. Masalahnya akan menjadi lain bila dakwah disampaikan tanpa adanya pemahaman yang utuh soal pelaksanaan perintah agama. Dakwah ini tentu tak disederhanakan dengan ceramah di podium atau berkhutbah di masjid semata yang selanjutnya dibatasai dengan waktu sesaat. Bukan itu, pembahasan disini. Dakwah yang kami maksud adalah dakwah yang bernyawa dan bermaksud hidup untuk membangun agama dan penerapan nilai-nilai agama dalam sebagal bidang.
Disini penulis ingin melihat dakwah sebagai kerja integral yang mampu melibatkan orang banyak untuk missi suci. Missi mengajak semua orang untuk beriman kepada Allah SWT dan menolak semua bentuk kekufuran. Dan di sini juga, menegakkan nilai Islam ke semua lini kehidupan. Lebih jauh lagi, terbentuknya tatanan masyarakat dan sistem negara yang melanggengkan proses dakwah. Dimana ujung-ujungnya, terbangun masyarakat Islami, makmur serta sesuai dengan fitrah manusia. Model dakwah ini, dalam istilah umum disebut dakwah dengan harakah atau perjuangan secara total, kultur dan struktur guna tercapainya cita-cita di atas.
Kembali pada masa lalu umat Islam di Indonesia atau yang lebih tepatnya masa lalu atas potret dakwah umat Islam di Indonasia.secara garis besar dakwah Islam di Indonesia dimulai dengan gaya damai. Ia dilakukan lewat berdagang, perkawinan hingga pendekatan sosial budaya. Beda dengan yang terjadi di Timur Tengah. Mereka memulai dengan penaklukan suku bangsa tertentu hingga regim monarki tertentu untuk diajak masuk kedalam Islam atau tunduk dengan sistem politik Islam. Geo-dakwah ini sepertinya tetap berlaku hingga saat ini. Sebut saja, semua perjuangan Islam yang melalui cara-cara kekerasan dalam dakwah kurang mendapat respon mayoritas umat Islam Indonesia.
Pada ranah politik Islam di tanah air, antara lain Partai Islam ‘Legendaris’ Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) berujung pada pembubarannya oleh Presiden Soekarno melalui Dektrit Presiden pada 5 Juli 1959. Alasan pembubarannya tak begitu jelas. Usai pembubaran, tokoh Masyumi kembali ke lembaga dakwah dan sosial kemasyarakatan. Ada yang membangun pesantren hingga ada yang terjun ke lembaga dakwah. Mereka memutar haluan sedrastis mungkin karena situasi regim politik yang mengekang sangat absolut hingga berlang selama puluhan tahun. Hingga saat ini getaran akan gerakan dakwah mereka masih terasa.
Saat ini, pasca reformasi politik dan ekonomi serta demokratisasi, nasib umat Islam kembali bersedih. Pasalnya, dambaan para pendahulu soal pembuatan partai Islam yang besar dan berwibawa di negara ini tak laku dijual. Umat Islam justru cair dengan realitas negara besar. Sebut saja Amerika Serikat dan negara maju dan kaya lainnya. Keengganan untuk menegaskan sebagai partai Islam, partai dakwah dan tegas terang-terangan mengajak semua orang untuk mewujudkan negara Islam dengan dasar Qur’an dan hadits menjadi sesuatu yang jarang terdengar suaranya.
Apalagi berbicara pada sektor siapa mayoritas dan minoritas di negeri ini. Termasuk di dalamnya menegaskan soal tuntutan kaum mayoritas untuk membentuk negara Islam adalah sesuatu yang naïf atau bisa jadi malu diucapkan. Mereka kurang percaya diri dalam menegaskan keislaman secara verbal dan dialektikal terkait perjuangan partai. Sebaliknya, kondisi ril saat ini, mereka justru melihat masalah nyata di internal bangsa ini berupa kemiskinan, pengangguran, korupsi dan lainnya. Setidaknya gerakan umat Islam saat ini jauh bergeser dengan umat Islam di era awal negeri dibangun.
Apa yang membuat hal ini menarik dengan urusan kacangan tersebut. sepertinya umat Islam, sadar atau tidak mereka terjebak pada pekerjaan rumah yang kurang bermutu. Nyaris menggarap kegiatan yang kurang mendasar dan berulang-ulang. Energi umat habis untuk hal sepele. Ujung-ujunnya, karena sibuk dengan agenda model ini, sering sesama umat Islam mengalami konflik hanya didasarkan pada perbedaan politik sempit dan menjadi permainan pihak tertentu.
Di luar itu, dakwah Islam justru mengalami perubahan bentuk yang semula berada di panggung kekuasaan. Dengan indikator Partai masyumi, namun kini, masih teta berada di pinggiran. Pencitraan akan umat Islam yang terpinggirkan dari realitas. Semula dakwah berorientasi pada masalah nasional kini dakwah dimulai dengan perlingdungan golongan dan menyerang mereka yang tak sepaham dan sehaluannya.
Problem besat ini tergambar pada kebiasan juru khutbah hanya sibuk membicarakan problem masyarakat dengan mencari ‘kambing hitam’ yaitu pihak pemerintah. Pemerintah yang perlu disalahkan dari kondisi dakwah seperti ini. Mereka hanya sibuk dengan melakukan nostalgia dengan kejayaan umat Islam dan dakwahnya dahulu dan melupakan problem masyarakat secara ril. Akhirnya juru dakwah terpaksa menutup diri dengan dunia luar termasuk dengan keluasaan.
Polarisasi dakwah saat ini terbagi dua, dakwah kultural yang dibangun oleh Ormas keagamaan dan kemasyarkatan seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah serta beberapa Ormas lainnya yang menggarap masalah moral dan pendidikan umat Islam. Mereka menempuh jalur kultural dan sosial kemasyarakatan. Sedangkan partai politik Islam yang berbasis massa Islam sepertinya menempuh jalur structural dan menggunakan politik praktis dalam menyuarakan Islam dan nilai Islam di parlemen. Yang pertama, sepertinya disibukkan dengan penentangan atas paham sesat dan sekutu sekularisme dan yang kedua berkonsentrasi pada penegakan hukum, keadilan dan kemanusiaan serta demokratisasi yang berkaitan dengan nilai Islam itu sendiri.
Dakwah harakah dalam kontek Indonesia memunculkan bentuk sendiri. Ia setidaknya digarap oleh dua Ormas besar Islam tersebut. Namun, keduanya beda jauh dengan apa yang ada di Mesir di mana Ikhlawnul Muslim berada pada waktu dan tempat yang berbeda dengan kondisi di Indonesia. Ikhwanul Muslimin pada massa awal berdirinya yang saat itu berada di tangan Hassan Al-Banna, menunjukkan dua sayap organisasi, pertama, organisasi dakwah dan kedua sayap politik militer. Terbukti pada perang Arab Israel, para militer Ihkwan merupakan berada digaris depan dalam perjuangan gigih bersenjata melawan Israel. Selanjutnya, pada era Sayyid Quthub, Ikhwan semakin tajam, ia menusuk masalah internal Mesir dengan jargon “jahiliyyah modern” dan “hakimiyyah”. Gerakan Ihkwan tertuju pada tiga poin, dakwah, dien dan daulah. Sehingga mesin Ikhwanul Muslimin secara sistematis dianggap dapat mengganggu stabilitas status quo. Ia dibubarkan secara organisasi lantaran dituding berkomplot untuk menumbangkan regim Gamal Abdul Nasser.
Perbedaan dakwah harakah di Indonesia dan Mesir memiliki perbedaan yang amat tajam. Di Mesir dengan tekanan politik Israel, hegemoni Nasserisme, dan tekanan dari produk sekularisme yang disuarakan oleh tokoh Mesir serta kebolehan membangun sayap militer pada zamannya guna mempertahankan organisasi, agama dan negara. Sedangkan, dakwah harakah di Indonesia, hanya menggarap dua poin, dakwah dan dien. Sedangkan untuk membangun negara Islam sudah kadung gagal dan nyaris semua Partai politik Islam dan berbasis massa Islam bahwa negara kesatuan republik Indonesia dianggap telah final. Maka tak ada lagi yang berani lantang bersuara soal NKRI dan justru tekun menggarap masalah yang disebut tadi.
Bila sebelumnya, garapan dakwah harakah hanya menukik lima urusan, mengajak untuk beriman kepada Allah SWT dan menolak kemusyrikan, membangun tatatan masyatrakat yang Islami, membangun sistem yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan, membangun keluarga dan lingkungan Islam. Dan terakhir soal membangun regim politik Islam, anasir yang kelima ini sebaliknya meniadakan perwujudan di negara ini.
Alqur’an pada surah Al-Nahl ayat (125) menyebutkan, terdapat tiga bentuk metode dakwah. Pertama, dakwah disampaikan melalui hikmah. Kedua, melalui nasihat yang baik. Dan ketiga, melalui argumentasi. Ketiga metode ini, secara garis besar bahwa perintah wajib untuk berdakwah dilajutkan dengan pemahaman tentang cara yang baik soal penyampaian dakwah. Sederhananya, semangat ayat ini soal kewajiban berdakwah mutlak dilakukan dan untuk kepentingan itu dakwah terus dilanjutkan hingga disentuh soal teknis tentang tiga gaya penyampaian dakwah.
Dari sini kita dapat memahami dan memulai pemikiran soal begitu seriusnya Allah SWT menegaskan kepada umat Islam soal perintah untuk berdakwah. Setidaknya, Sayyid Quthub memaparkan tentang tujuan berdakwah. Pertama, untuk meneguhkan aqidah Islam dan menolak kemusrikan. Kedua, membangun tatanan kelangsungan syariah Islam. Ketiga, membangun struktur sosial yang lebih berorientasi pada nilai-nilai keislaman. Keempat, seruan menuju sistem sosial yang lebih egaliter. Kelima, seruan pada penerapan sistem Islam di muka bumi sebagai bentuk pelaksanaan dari jihad fi sabilillah.

Sepanjang sejarah manusia, tujuan dakwah itu hanya satu, yaitu mengenalkan Tuhan mereka yang hanya satu dan menghilangkan ketuhanan makhluk…. Hanya saja dalam perjalanannya manusia melakukan kesalahan dengan menyerikatkan Tuhan dengan Tuhan yang lain dalam bentuk kepercayaan dan peribadatan serta bentuk kekuasaan. Hal tersebut sama saja dengan perbuatan syirik. Padahal nabi mereka sebelumnnya telah mengeluarkan mereka dari hal ini dan kini hal itu dilakukan kembali sebuah bentuk syirik kepada Allah SWT.

Sebelum berangkat pada pembahasan yang lebih jauh. Perlu disini terdapat sebuah penegasan soal pandangan agama soal kerja dakwah bagi umat Islam serta tujuan yang dicapai dari Dakwah. Bila kita melihat pandangan agama soal dakwah hanya seperti di atas maka kita akan berkesimpulan bila aktivitas dakwah hanya tergolong urusan mudah dan dapat dikerjakan dengan oleh siapa saja dan cenderung sporadis. Singkat kata, dakwah dapat dikerjakan sambil jalan dan tak perlu penanganan serius kesulitas lantaran hanya sebatas penyampaian risalah agama semata kepada pendengar. Bicara di podium lalu selesai dan kemudian bubar. Bukan ini yang penulis maksud soal dakwah sebenarnya.
Sebagian orang telah memetakan soal corak berdakwah, pertama, dakwah dengan tindakan nyata. Kedua, dengan penyampaian. Dan ketiga, dakwah harakah atau dengan aktivitas perjuangan dan pergerakan secara totalitas. Bedanya, dakwah pada bentuk pertama dan kedua hanya melibatkan seorang juru dakwah dengan pendengarnya namun pada bentuk yang ketiga, seorang juru dakwah harus melibatkan orang banyak dengan satu visi dan misi yang sama menuju tujuan dakwah itu sendiri.
Dakwah model ketiga ini, intinya membangun sebuah komunitas Islami dengan kekuatan sistem organiasasi yang handal guna melindungi kelangsungan ajaran Islam dari tekanan realitas yang anti Islam
Bicara organisasi dan sistem yang kuat tentu sudah banyak bukti bila ia lebih mampu melanggengkan pelaksanaan sistem itu sendiri. Seperti ucapan Saidina Ali RA, kebenaran yang tak terorganisasi akan dikalahkan dengan kebatilan yang terorganisasi. Saat ini, realitas rata-rata jauh dari nilai Islam. Bentuknya rata-rata memiliki jaringan organisasi yang rapih dan modern. Rapih berarti di kelola seorang yang ahli dan modern diartikan mampu dikelola dengan menggunakan perlengkapan teknologi modern. Kebatilan tersebut bekerja secara massal dan nyaris dinyakini sebagai bagian dari realitas modern lantaran terbiasa meski kontras dengan ajaran Islam.
Setidaknya ada beberapa bentuk kebatilan yang nyata di depan mata kita semua. Antara lain yang terpenting adalah menyentuh soal budaya, pemikiran keagamaan yang menyimpang, sistem politik yang ateis, gerakan humanisme yang menganulir kebebasan individu yang berlebihan, bias dari hak asasi manusia, bias gender, hingga sistem finansial yang merugikan kelompok miskin. Masalah ini nyaris dapat kita rasakan saat ini. Mereka menggunakan sistem yang rapih dan massal hingga sulit dihadapi hanya sekedar himbauan diatas podium.
Kembali pada sejarah masa lalu, masalah serupa hampir pernah dialami oleh pada aktivis dakwah para generasi sebelumnya meski tak sama persis kasus perkasus namun terdapat titik semangat yang sama. Namun hal itu dapat dicegah dengan baik. Dakwah yang mereka lakukan sepertinya hanya dengan kekuatan sistem yang mapan dan dibarengi dengan tekad keras oleh para pelaku dakwah. Dan ini yang penulis namakan sebagai dakwah harakah.
Sederhananya, dakwah harakah dilakukan oleh antara lain oleh Sayyid Quthub dengan kendaraan Ikhwanul Muslimin. Sebuah sayap organisasi kemasarakatan dan keagamaan yang semula bergerak dalam bidang sosial mampu mengubah corak masyarakat Mesir dan Timur Tengah pada umumnya. Ikhwan, begitu banyak orang menyebut organisasi ini, ketika berada di tangan Sayyid Quthub mampu menjadi motor penggerak dan barometer nilai Islam dimana ia berada. Ia dibangun dengan sistem organisasi yang kuat, sistem kerja yang kuat, disiplin organisasi yang ketat, serta didukung dengan keteguhan dan kegigihan pengurus Ihkwan sehingga perjalanan organisasi massa ini nyaris menyeruak ke semua lini anasir kebatilan baik individu hingga sistem yang jahiliyyah. Meski pada akhirnya gerakan ikwan merepotkan regim politik lantaran dianggap menggangu stabilitas negara yang berujung pada penangkapan para pemimpin dan pembubaran organisasi ini.
Di Indonesia, setidaknya terdapat dua organisasi Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, lahir sebelum kemerdekaan Indonesia. Corak gerakannya adalah bernuansa sosial kemasyarakatan. Namun kedua organisasi ini cepat tumbuh di berberagai daerah di Indonesia. Gerakan kultur yang dilakukan pada skala makro ia menjadi organisasi dakwah Islam yang mapan dan bertahan hingga saat ini. Prestasi yang dicapai cukup baik meski para pendirinya telah lama meninggal namun gagasan besar soal dakwah Islam tetap makin besar getarannya di hati masyarakat.
Sebagai sunnatullah, perubahan besar pasti dilakukan dengan sistem yang besar. Terlepas apakah konsep itu baik atau buruk bila didukung oleh seperangkat organisasi yang cakap bakal memuluskan jalan menuju kemenangan. Pertama, sebut saja contoh pada diri Aleksander The Great atau Iskandar Dzulkornain penguasa Barat dan Timur. Konon ia membangun pemerintahan mulai wilayah Yunani hingga India saat ini. Apa yang ia lakukan tak tampil sendirian. Ia memimpin sebuah kerajaan dengan sejumlah pembantu yang jumlahnya amat besar. Ia dibekali pengetahuan yang baik soal penaklukan dunia guna mendukung ambisinya. Hasilnya, yang perlu dicatat disini ialah hasil yang ia capai sangat signifikan. Sebuah dinasti dengan luar biasa berdiri dan membentang dari Timur hingga Barat.
Kedua, revolusi kebudayaan yang berpusat di Perancis terjadi akibat merajala kaum cerdik pandai yang melakukan olah pikir mencerahkan. Sehingga kemajuan pemikiran disegala bidang dapat muncul dan dirasakan oleh semua orang. Perubahannya, terwujud masyarakat yang pandai dan cerdas setelah gerakan massal itu dilakuakan para kaum cerdik pandai. Renesan Eropa dimulai. Gerakan ini merubah peta masyarakat Eropa yang saat itu terbelakang hingga mengilhami kebangkitan industrialisasi di Inggris.
Ketiga, revolusi industri yang berpusat di Inggris dan menyebar ke negara di belahan Eropa lantaran kemajuan di bidang pemikiran berbuntut pada kemajuan pada dunia industri. Sebut saja sejumlah mesin modern ditemukan oleh para sarjana. Penemuan itu dilanjutkan dengan pembangunan industri secara besar-besaran dalam bidang teknologi kedirgantaran, transportasi dan persenjataan dan telekomunikasi. Kekuatan ini dilakukan secara terorganisasi yang rapih dan mendapat dukungan kuat dari sistem negara masing-masing. Revolusi ini membuka jalan bagi masuknya imprialisasi dan kolonialisasi di negara terbelakang.
Keempat, revolusi politik baik yang terjadi Rusia dan China. Kedua negara ini terbentuk dengan cara kudeta berdarah. Revolusi rakyat murni dengan bersenjata menurunkan paksa regim berkuasa. yang hendak disampakan penulis adalah, revolusi ini terjadi karena menggunakan organisasi revolusioner yang tangguh. Hingga saat ini produk revolusi itu masih bertahan. Terlepas dari sistem dan sejumlah perbedaan yang mereka anut dengan umat Islam. Namun secara gerakan mereka berhasil mengubah sistem yang ada dengan sistem yang mereka bawa.
Kelima, sebenarnya, keempat perubahan besar yang terjadi karena dibangun dengan konsep organisasi yang kuat dan didukung oleh para pembantu yang tangguh. Selain itu, keempat perubahan besar itu, barangkali dimulai gerakan pertama di dunia ini. Dia adalah gerakan moral yang dilakukan oleh para nabi dan rasul hingga Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya dahulu. Keempat perubahan besar tersebut, setidaknya melanjutkan dari apa yang dilakukan oleh nabi dan rasul serta para pewarisnya yang menitik beratkan pada pembangunan sendi moral keagamaan. Persaamaannya, perubaan besar itu dilakukan secara terorganisasi dan langgeng. Sedangkan perbedaannya, mereka yang terlibat dalam revolusi kebudayaan dan industri serta politik menggarap sektor struktural yang berdimensi politik dan kekuasaan.
Yang hendak kami katakan adalah, semua perubahan di dunia ini nyaris dilakukan dengan cara yang memiliki kadar organisasi yang baik dan kuat. Sebaliknya, alih- alih dengan sistem yang kuat justru dapat melanggengkan sistem dan perbuatan buruk. Sebut saja gerakan kolonialisasi yang didukung dengan instrumen pemerintahan. Mereka mampu menaklukan negara besar lantaran mereka lemah dalam organisasi dan penguasaan atas ilmu pengetahuan.
Sebenarnya, dakwah harakah yang kami maksud dengan membangun sistem yang tangguh dan modern agar dapat melanggengkan dakwah Islam seperti sedia kala. Bukan bermaksud menolak corak dakwah dengan teladan dan dialog yang menganggap satu-satunya model terbaik berupa dakwah harakah. Namun perlu ditegaskan kembali bila dakwah harakah itu relativ menggabungkan kedua tersebut dan plus dengan kegiatan dakwah yang ditopang dengan sistem organisasi yang tangguh.
Belajar dari realitas dari potret kerja dakwah di negara ini tentunya perlu mendapat sorotan serius. Kerja dakwah yang dimaksud adalah dakwah yang hanya mengedepankan tabligh semata. Sebut saja, bentuk tabligh yang dilakukan para juru dakwah di podium dan majelis taklim. Mereka sepertinya melihat dakwah hanya sekedar menunaikan tugas sebagai juru dakwah ketika berada di podium dan tempat khutbah. Mereka datang, pidato dan langsung tancap gas. Bagi sebagian orang setelah turun dari podium kewajiban dakwah mereka selesai. Selanjutnya, kebiasan ini dilakukan secara berulang-ulang. Dakwah ini, selain terbilang gagal namun sangat membahayakan pada diri seorang juru dakwah dan masa depan agama itu sendiri. Pendengar sejatinya perlu binaan yang berkelanjutan dan pengayoman da’i secara meneluruh. Bukan hanya saat berada di mimbar semata namun di luar itu sebenarnya yang amat banyak persoalan ril yang mereka hadapi oleh juru dakwah.
Meski terbilang benar namun terdapat beberapa catatan soal model dakwah pada bentuk ini. Pertama, dakwah disampaikan hanya sebatas pemindahan pemahaman atas materi dakwah dari juru dakwah ke pendengar. Kedua, psikologi pendengar atau kedekatan emosi antara juru dakwah dan pendengar terasa jauh. Kalau pun mulai dekat pada saat momentum dakwah terjadi. Ketiga, Penanaman nilai keteladanan bagi seorang juru dakwah terbatas untuk diketahui oleh pendengar dakwah. Bila hal ini terjadi maka kualitas dari kerja dakwah seseorang akan kurang terserap lantaran alasan tersebut.
Saat ini realitas nyaris mencolok mata kita semua terkait gambaran dari masyakarat saat ini. Antara lain yang amat penting dikemukakan disini ialah, pertama, angka kriminalitas relatif bertambah. Kedua, penyerapan atas pesan dakwah kurang terlihat dalam aktivitas sehari-hari. Ketiga, jumlah kesempatan untuk melakukan dakwah makin terbuka namun kurang dimanfaatkan sebagai sarana perbaikan hidup manusia. Keempat, dakwah kurang menarik karena materi yang disampaikan monoton, berulang-ulang dan jauh dari rasa optimisme bagi para pendengar. Kelima, problem sosial yang ril kurang direspon akibatnya dakwah kehilangan momentum penting bagi pemecahan masalah di masyarakat.
Prof Dr H. Ahmad Mubarok MA mengatakan, guna memantapkan hasil dakwah yang maksimal bagi juru dakwah atas kerja dakwahnya. Seorang juru dakwah harus memahami kondisi sosiologis, psikologis dan yang terkait denga dakwah itu sendiri. Seorang juru dakwah harus mengetahui perbedaan antara dakwah dan tabligh, materi dakwah, media dakwah, objek dakwah, serta lapisan sosial di masyarakat. Dengan berbekal pengetahuan ini, maka seorang juru dakwah akan selamat dari kekeliruan dalam berdakwah.

B. Dekonstruksi, Pemetaan dan Pembumian Dakwah Harakah: Studi Kasus Atas Dakwah KH Noer Ali

Dekonstruksi dari sisi bahasa adalah pembangunan kembali diatas puing reruntuhannya. Sedangkan dari sisi istilah, ia adalah pemetaan kembali atas konsep dasar atas satu teori dengan mengambil semangat umum yang ada padanya lalu dibangun kembali setelah melihat situasi dan kondisi. Hasilnya, akan lahir sebuah sintesa baru atas konsep dakwah harakah yang lebih baik guna keperluan keilmuan dan landasan aksi bagi dakwah di era kekinian.
Sebagai perbandingan, dalam kamus Al-Munawwir, kata “Harakah” berasal dari dasar kata “haraka” yang berarti “memotong,” “bergerak,” “membangkitkan.” Atau “harraka” yang berarti “menggerakkan,” “menggoyangkan,” “mendorong,” “merangsang” dan “mengobarkan.” Sedangkan dalam kamus Oxford LEARNER’S POCKET Dictionary, kata “haraka” dapat disejajarkan dengan kata “move” yang berarti “change place or position” (merubah tempat atau posisi) “make progress” (membuat jawaban), “change to place where you live” (merubah tempat dimana anda tinggal). Atau kata “movement” yang berarti “moving the body or part of the body” (menggerakkan badan atau sebagian anggota badan). Jadi, dapat disederhanakan kata “harakah” dapat diartikan sebagai perubahan yang sifatnya sebagian atau menyeluruh dan perubahan itu dimulai dari kondisi diam atau sedang berjalan.
KH Noer Ali mengingatkan bahwa mendaji juru dakwah antara lain, istiqomah, waro, juhud, alim, memahami dunia politik, kaya, berani, nasionalis, teladan, kerja keras, berakidah Islam yang kuat, bermoral mulia, sungguh-sungguh, bermartabat, cerdas dan selalu bermasyarakat.
Ia telah membangun satu model dakwah tersendiri dari tradisi dakwah yang berkembang pada massanya. Pada puncaknya, ia berkeinginan membentuk negara Islam di negara ini dengan mesin politik pada waktu itu melalui Partai Masyumi. Setelah partainya dibubarkan, ia kembali ke dunia pendidikan dan kemasyarakatan. Ia menjadi ulama masyarakat yang tak berpolitik secara praktis. Waktunya dihabiskan untuk pesantren dan masyarakat. Namun, wadah terakhir ini justru membangun infrastruktur civil society atau masyarakat madani di mana kekuatan Umat Islam harus dibangun dengan wadah organisasi yang kuat dan permanen.
Ia menggagas pembentukan majelis Ulama Jawa Barat yang kemudian di nasionalisasi menjadi majelis ulama Indonesia oleh pemertintah pusat. Membangun jringan komunikasi antar pondok pesantren se Indonesia yang disebut BKSPP. Ide-ide tentang negara Islam dari seorang nasionalis ini, kerap kali disampaikan dalam bentuk yang sederhana. Hal itu, disesuaikan dengan tingkat penerimaan pemikiran masyarakat saat ini.
Setidaknya, KH Noer Ali mengatakan, pendirian negara Islam wajib dilaksanakan dengan indikator pelaksanaan akan syariah Islam. Hanya saja, usai Partai Masyumi dibubarkan, ia cenderung memaknai konsep bresar itu dengan amat hati-hati. Kata dia, cara-cara pendirian negara Islam harus dumulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan komunitas, bangsa dan negara. Cara yang ditempuh melalui jalur konstitusi yang legal. Secara umum, pikiran, ucapan dan perbuatannya selalu berada di jalur hukum dan menolak tindakan inkonstitusional.
Dakwah KH Noer Ali, satu sisi bersipat nasional dan sisi yang lain berskala lokal dengan indikator kontrol dari organisasi Yayasan Attaqwa. Secara lokal ia membangun kultur relijius dengan konsep Dewan Kerja Masjid Attaqwa yang secara khusus merupakan bagian dari konsep dan sistem mengelola masyarakat kampung Ujung Harapan dengan gaya Islami. Secara umum dakwah pergerakan KH Noer Ali banyak dicatat dari karya monumental dalam bentuk wadah organisasi dan sistem pendidikan yang bangun secara ril.
Untuk tidak memukul rata, model dakwah ini dikatakan sebagai dakwah harakah ala KH Noer Ali. Bentuk dakwah yang telah disesuaikan dengan kultur dan budayanya sendiri. Meski dalam semangat dasarnya terdapat banyak kemiripan dengan tokoh besar seperi Sayyid Quthub, Abdul A’la Maududi untuk ukuran dunia pada tataran kosep dakwah harakah. Sedangkan NU dan Muhammadiyah untuk skala nasional yang lebih luas. Letak konsep dakwah KH Noer Ali, berada pada tataran ide sentral mereka dan dipermanenkan dalam wilayah mikro. Atau istilah bahasa saat ini, berpikir global dan bertindak lokal. Sejak awal ia memiliki ide besar dengan mendambakan akan membangun kampungnya sebagai kampung surga.

C. Penutup
Kajian dakwah harakah perlu dipahami secara benar oleh para juru dakwah saat ini. Selain itu, dakwah harakah harus memetamorfosa dalam bentuk yang berbeda dari rahim dimana dakwah dilahirkan agar seoarang juru dakwah tak salah dalam menempatkannya. Sebut saja konsep dasarnya, dan model yang telah dibangun. Yang pertama sebuah konsep murni yang tak terikat dengan waktu dan ruang namun yang kedua terikat dengan waktu dan ruang. Mengetahui hal ini diharapkan, penerapan dakwah harakah semakin baik dari waktu kewaktu.
Kita mampu membedakan mana konsep dakwah Sayyid Quthub, Jamaluddin Al-Afghani, Maududi, Muhammad Rasyid Ridho, KH Hasyim Asy’ari, KH Muhammad Dahlan dan KH Noer Ali tentunya, mereka pencetus dan praktisi dakwah harakah pada massanya. Semangat mereka sama, konsepnya yang sama dan yang beda hanya pada dataran praktis lantaran disesuaikan dengan situasi yang berkembang pada masanya.
Yang menarik dari mereka, pertama, dakwah yang dilakukan tak sekedar tabligh semata namun lebih dari itu dakwah dilakukan secara total. Ia juga merangkap menjadi seorang mujahid, aktivis Islam, pemikir, juhud, wara, ulama, tokoh spiritual, hingga syahid dalam perjalanan hidupnya. Kedua, kekuatan konsep dakwah yang hidup dan menyentuh berbagai bidang sehingga Islam bangkit dan mampu bersinar terang dan tak kehilangan relevansinya pada masa itu. Ketiga, perjuangan dakwah mereka melibatkan orang banyak dan teroganisir rapi serta sistematis sehingga getarannya sangat besar seperti yang kita rasakan saat ini.

1 komentar:

  1. mantabbblah pokoknya utk guru kita k.H noer ali..
    mudah2n kami semua bisa melanjutkan perjuanganmu dan mencontoh kegigihan dan keteladananmu..

    BalasHapus